Hoax atau informasi menyesatkan mengenai virus Corona seperti tidak ada habisnya. Mulai dari bawang putih bisa menyembuhkan Corona hingga cuaca panas bisa membunuh COVID-19 sampai saat ini masih sering dibagikan banyak orang di lini masa.
Bahkan tak sedikit public figure yang terang-terangan menyebarkan hoax mengenai COVID-19 di platform sosial media pribadi mereka. Tentunya informasi yang tidak tepat bisa membahayakan baik bagi diri sendiri maupun komunitas.
Ada beberapa alasan psikologis yang mendasari mengapa seseorang cenderung suka menyebar hoax. Seseorang bisa saja dengan sengaja menyebarkan berita hoax dengan tujuan memancing keributan atau provokasi.
"Malah sebagian besar biasanya pintar, dan memposting berita bohong, hoax, provokatif agar orang-orang marah," ucap spesialis kejiwaan dr Andri SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Alasan lain bisa saja seseorang yang menyebarkan berita hoax memiliki kecemasan berlebihan sehingga cenderung menyebarkan informasi tanpa mencari tahu terlebih dahulu soal kebenarannya.
Mereka yang percaya akan hoax ternyata juga datang dari kalangan berpendidikan. Diberitakan detikcom sebelumnya, Dr Roby Muhamad, Ilmuwan Sosial dari Universitas Indonesia menuturkan orang berpendidikan percaya hoax karena mereka cenderung lebih percaya diri pada apa yang mereka yakini.
"Bukan mereka tidak melihat datanya, mereka melihat data itu muncul dan ada ketidakpercayaan," ujar Dr Roby.
Tak hanya soal hoax atau informasi yang tidak benar, di masa pandemi Corona juga banyak beredar seputar teori konspirasi. Ahli psikologi dari University of Kent, Inggris, Karen Douglas, menyebut seseorang cenderung percaya pada konspirasi saat berada di masa yang tidak pasti.
"Orang-orang tertarik pada teori konspirasi selama periode krisis dan ketidakpastian, dan sekarang ini tentu saja kita sedang berada di masa itu," kata Karen mengutip HuffPost.
Simak Video "Bahaya Berita Hoax soal Kesehatan, Termasuk Corona"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar